REGIONAL NEWS.ID, INDONESIA – Gencatan senjata di Gaza sepertinya tak akan terealisasi. Israel bahkan terang-terangan berujar bakal menginvasi Rafah, satu-satunya tempat perlindungan warga Gaza, di perbatasan dengan Mesir.
Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menegaskan niatnya dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Sabtu malam waktu setempat. “Kami akan melakukannya,” katanya dengan media AS, ABC News, seraya menyebut bahwa rencana tersebut sedang dikerjakan, dikutip Al-Jazeera, Senin (12/2/2024).
Pernyataan itu muncul meskipun ada kekhawatiran internasional mengenai potensi pembantaian. Diperkirakan 1,4 juta warga Palestina berdesakan di Rafah dan dikurung di perbatasan dengan Mesir, setelah diperintahkan oleh militer Israel untuk mengungsi dari rumah mereka di tempat lain di Jalur Gaza.
Amerika Serikat (AS), pendukung utama Israel, telah memperingatkan rencana memperluas serangan darat ke kota tersebut. Padahal selama berbulan-bulan hampir setiap hari wilayah itu menjadi sasaran pemboman udara.
Biden sempat mengkritik Israel menyebutnya berlebihan. Ini menjadi kecaman paling keras yang dikatakan Washington sejauh ini.
“Kami akan melakukannya sambil memberikan jalan yang aman bagi penduduk sipil sehingga mereka dapat pergi,” klaimnya tanpa menjelaskan detil ke mana jutaan orang akan pergi lagi.
“Kami sedang menyusun rencana rinci … Area yang telah kami bersihkan di utara Rafah adalah – ada banyak area di sana,” tambahnya lagi.
“Kemenangan sudah dekat. Kami akan melakukannya. Kami akan menempatkan sisa batalyon teroris Hamas di Rafah, yang merupakan benteng terakhir,” ujarnya.
Lebih dari 28.000 warga Palestina kini telah terbunuh sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober. Namun hal tersebut tak juga menghentikan kekerasan Israel.
Dalam semalam, 25 warga Palestina tewas dalam serangan udara di Rafah, Minggu. Sebelumnya, Israel sendiri telah dibawa Afrika Selatan (Afsel) ke Mahakamah Internasional dengan dakwaan genosida Gaza.
Namun Netanyahu dalam wawancara tersebut membela diri. Ia berujar, jumlah korban sipil, dibandingkan total kematian, jauh lebih kecil.
“Saya dapat memberitahu Anda bahwa menurut para ahli perang kota dan komentator lainnya, kami telah menurunkan rasio korban sipil dan teroris hingga di bawah 1 banding 1… Dan kami akan melakukan hal yang sama. lagi,” ujarnya.
“Pasukan Israel telah membunuh dan melukai lebih dari 20.000 teroris Hamas, dari jumlah tersebut, sekitar 12.000… pejuang,” kata Netanyahu lagi, tidak merinci bagaimana ia membedakan “teroris” dan “pejuang”.
Sementara itu, Mesir dengan keras menentang rencana serangan Israel. Ini akan mengancam membuat ratusan ribu warga Palestina mengungsi ke Semenanjung Sinai.
Mereka juga tetap sangat berhati-hati terhadap peningkatan aktivitas militer Israel di dekat perbatasannya. Kairo telah memperingatkan bahwa perjanjian perdamaian yang telah berumur puluhan tahun dengan Israel dapat terancam jika Negeri Zionis mengerahkan pasukan di perbatasannya.
Kecaman juga datang dari kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan. Mereka menyuarakan keprihatinan mendalam atas janji Netanyahu itu.
“Ini tidak bisa diterima, kegilaan ini harus dihentikan,” kata Hossam al-Sharqawi dari Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Di sisi lain, Hamas memperingatkan Israel. Mereka mengatakan serangan darat di Rafah, yang dipenuhi pengungsi Gaza, akan membahayakan pembebasan sandera di masa depan.
“Setiap serangan yang dilakukan tentara pendudukan di kota Rafah akan menggagalkan perundingan pertukaran,” kata seorang pemimpin Hamas yang tidak mau disebutkan namanya kepada AFP.