Pemerintah memang sudah memberikan izin untuk melaksanakan mudik lebaran tahun ini, setelah dua tahun sebelumnya hampir seluruh sendi ekonomi dan aktifitas masyarakat dibatasi.
Awal ramadhan Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa akses masyarakat untuk berlibur bahkan mudik lebaran telah dibolehkan dengan syarat mesti mengikuti vaksin booster.
Mudik lebaran merupakan tradisi kaum muslimin untuk berkumpul bersama keluarga dalama suasana perayaan hari raya Idul Fitri atau orang biasanya menyebut dengan berlebaran. Masyarakat rela antri bahkan berdesak-desakan dan berada ditengah kemacetan panjang.
Ritual mudik terbukti bisa menggerakan ekonomi di semua sektor. BI menyiapkan uang tunai Rp 152,14 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadan atau Idul Fitri 1442 H lalu. Jumlah ini naik 39,33% dibanding kan dengan tahun 2020 yang sebesar Rp 109,20 triliun.
Oleh karena itu, jika perputaran uang selama mudik naik pesat. Prediksi BI penarikan uang saat mudik 2021 naik 20% ketimbang 2020. Penarikan uang tunai pekan terakhir Ramadan sekitar Rp 15,4 triliun per hari.
Realitas ini menunjukan perputaran uang selama mudik menarik dicermati, tidak saja dari aspek sosial tetapi juga nilai ekonomi. BI menyediakan 4.608 kantor bank tempat penukaran uang baru untuk keperluan lebaran tahun ini.
Fakta secara ekonomi terbentang dari daerah keberangkatan ke daerah tujuan. Yang menarik dicermati perputaran uangnya, yang mana Batam dan Tanjungpinang serta daerah kepulauan lainnya di huni masyarakat perantau.
Dampak sektoral Kalkulasi mudik dapat kita lihat dari berbagai aspek dengan asumsi kondisi sudah normal, bukan pandemi.
Pertama, Jasa Angkutan.
Sektor ini salah satu aspek utama dalam melihat perputaran uang selama mudik. Data Kementerian Perhubungan menunjukan besaran kalkulasinya dan hal ini tertolong oleh mudik gratis.
Mudik gratis berdampak positif dan yang diselenggarakan oleh sejumlah korporasi membantu mitra usaha untuk mudik gratis dan ini secara tidak langsung mampu mengurai kemacetan lalu lintas atau mereduksi angka kecelakaan.
Kedua, Aspek Sandang.
Fakta konsumsi untuk sandang cenderung meningkat menjelang lebaran. Paling tidak, hal ini bisa terlihat dari tren penjualan busana muslim.
Asumsinya setiap pemudik bisa membeli 2 setel pakaian maka kebutuhan kumulatif dari aspek sandang bisa mencapai 60 juta potong pada musim mudik Lebaran.
Ketiga. Aspek Pangan.
Kendati harga sembako cenderung naik di Ramadan-Lebaran, animo konsumsi saat mudik tidak dapat dicegah, meski stok pangan ditambah.
Keempat, Sektor Telekomunikasi
Jalinan komunikasi selama mudik ternyata juga makin meningkat sehingga sangatlah beralasan jika semua operator meningkatkan kapasitasnya agar komunikasi selama mudik tetap lancar.
Fakta ini secara tidak langsung menunjukan adanya perputaran uang yang lebih besar untuk aspek telekomunikasi selama mudik dan juga menunjukan aspek sosial ekonomi mudik tidak diremehkan mata rantainya.
Mengantisipasi lonjakan penumpang saat mudik lebaran, Dinas Perhubungan Kepulauan Riau telah menyiagakan lima unit Kapal Roro dan beberapa kapal ferry dan kapal cepat untuk melayani pemudik dari Tanjungpinang, Bintan hingga antar pulau.
Kepala Dinas Perhubungan Kepulauan Riau, Junaidi mengatakan biasanya arus mudik mulai terlihat ramai pada H-3, kendati demikian antisipasi penambahan jumlah armada untuk melayani pemudik sudah kita sediakan, ujarnya Senin (25/4/2022) di Tanjungpinang.
Penulis: Alfina Sasqia Angie Saputri, Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Pembangunan Universitas Negeri Malang