DAERAHNEWSOPINITANJUNGPINANG

Merazia PKL Dimasa Efisiensi & Bertahan Ditengah Utang 223 M, Akankah Pemko Tanjungpinang Bisa Berbenah?

350
×

Merazia PKL Dimasa Efisiensi & Bertahan Ditengah Utang 223 M, Akankah Pemko Tanjungpinang Bisa Berbenah?

Sebarkan artikel ini
Satpol PP Kota Tanjungpinang saat merazia Pedagang Kaki Lima di area Pasar Bintan Centre beberapa waktu lalu.

REGIONAL NEWS.ID, TANJUNGPINANG -Ramai pasar pagi ini ya, ibu beli apa, ketika saya ketemu teman dan ia sedang memilih terong dijajaran semen pejalan kaki, trotoar kawasan Bintan center km 9 Tanjung pinang. 

Heh, kakak, iya kak, biasalah sabtu, kami masak untuk keluarga, mau nyambal terong, katanya seulas senyum merah pun merekah. “samalah saya juga, mau buat sambal juga, eh, kok tak belanja kedalam, dek! tanya saya lagi.

“Tadi dah dari dalam kak, beli ikan, dan lainnya, ini kelupaan, malas masuk lagi, lagian sini murah dan segar, kalau keburu saya disini saja, “katanya.

Barisan pedagang diatas trotoar ini memang tambah ramai mulai dari ujung putaran naga hingga ujung masuk, ini baru dibarisan depan ruko, depan masuk pasar sendiri juga demikian, tambah enak kita kepasar banyak pilihan, agaknya pasar jongkok ini pindahan dari lorong Gambir atau pasar pelantar KUD atau pedagang/petani dari kabupaten Bintan. 

Jika di hitung ratusan pedagang dipasar jongkok ini semua hasil tani dan kebun mereka.  Memudahkan memang bagi kami kaum ibu dan warga Tanjungpinang diakhir Minggu atau kadang yang telat belanja pagi, mereka juga ada yang sampai siang.

Namun kok sekarang sepi, mendekatlah saya ke pedagang pinggir jalan di atas mobil serta kisaran kios pasar ruko, Bu, tidak dibolehkan lagi jualan di trotoar ditertibkan minggu lalu, sementara ya di halaman ruko, kata pedagang setengah baya sambil memasukkan cabe hijau saya kedalam plastik belanja.

Oh, iya pak, pak de tak bayar kali, sewa lapak makanya diusir, celetuk saya ringan. “Aku, siapa bilang, Bu, kawan kawan ini bayar kok, kepemilikan ruko bahkan ada 600 ribu perbulan ini hanya jualan tok setengah hari tak pakai kabel lampu dan lain lain yang penting sampah habis jualan dibereskan.

“Kalau depan toko atau ruko bolehlah pak dipunggut diatas trotoar siapa yang punggut? masak pemilik ruko juga, sudah diluar area mereka lho pakde, pemerintah daerah tak mungkin, pejalan kaki tak mungkin sebab itu trotoar milik pejalan kaki, developer kawasan bincen, aku tak mungkin,” teruslah saya bicara depan pakde yang juga terpelonggo dan sesekali iya mengiyakan.

“Sek sini, cabeku de, ini uangnya,” makasih Yo! ujarku terus berlalu…

Tak henti disana akhirnya saya bertemu salah seorang pejabat Pemerintah Kota Tanjungpinang, sesekali sambil salaman halal bi halal saya tanya kok sepi pasar jongkok bang, siapa yang nertibkan, dia bilang penataan dan ada lokasi yang akan aman, nyaman buat mereka serta bagi pembeli juga.

Jawaban ini masih klise, tak jelas betul pemaparannya, tak berapa lama lewatlah Sanga walikota H. Lis Darmansyah yang selalu senyum khasnya artis zaman dulu, apakabar mu, katanya singkat.

“Masih jadi rakyat pak, sukses ya pak! sambil berjabatan tangan sembari ia melebarkan senyum lagi dan mengisap rokok kretek dijari kanan. 

“Wali,” ujarku, kapan pedagang pasar jongkok di trotoar ditertibkan, kok tak ada informasi, itu langganan saya dah tak jualan lagi, tanyaku bersayap.

Nah ini, yuk kita sekalian kesana, Lisdharmansyah mengajak ku dan teman teman langsung karena pasar bincen. ia masuk ke mobil dan kami pun terbawa. 

Sesampainya dipasar kita turun mulai dari sudut pasar deretan kantor Polsek hingga ke kawasan pasar baru ditengah bundaran.

“Jangan capek ya, hitung kita olahraga, nah coba kita cek jumlah mereka, ia panggil stafnya mungkin ini adalah Dinas pasar atau sebagainya tak tau juga, berapa total jumlahnya? ayo jawab detail kata beliau lagi.

Agak kurang data, staff tadi memanggil bagian pol PP untuk menghitung, wah ratusan pak,lupa hitung detail kemarin…

Lis terus berjalan, ok, sekarang kita fokus ke situasi pasar, menjamurnya pedagang ini saat ramadan kemarin dan memang banyak yang suka banyak juga mengeluh, bagi kami ini sebuah problem dan kita cari solusi terbaik.

“Mereka ternyata tidak gratis, mereka membayar iuran juga tapi iurannya tak masuk ke kas daerah, hanya dikutip perorangan bahkan pemilik ruko, disini ada tantangannya,”kata beliau.

Kalkulasipun berjalan, dan proses pemantauan ini diharapkan semua menjadi baik, jika ratusan pedagang ini bayarannya pasti rutin maka besar juga pemasukan. Kemudian ditata agar lebih rapi dan tidak menggangu pejalan kaki, sedangkan lokasi pun trotoar dan tempat kendali buka tutup parit ketika hujan.

“Semua masukan kami terima, mungkin setelah ditata pedagang ini juga bisa berjualan dengan tenang dan lebih murah dari tarif mereka bayar biasa Rp. 600.000 perbulan jadi mungkin kisaran dibawah itu, tapi restribusinya masuk ke pendapatan daerah, ujarnya.

Strategi dan penambahan Pendapatan Asli Daerah ini salah satu diantara banyak jalan untuk mengurangi defisit menasional Pemko Tanjungpinang memiliki angka Rp. 238 Miliar include tungda Bayar Rp. 70 Miliar sementara APBD Rp. 1,1 T ini sebuah beban namun meski dijalankan.

“Saya tak mau masyarakat Tanjungpinang dan saya juga asli Tempatan merasa lebih sulit ditengah defisit ini, kami bekerja keras setiap hari rapat untuk mencari tambahan dan melaksanakan program pembangunan, banyak yang hancur jalanan, lampu jalan, pembangunan sekolah, tunjangan pendidik, pekerja informal dan bahkan RT/RW, gaji honorer dan belanja kebutuhan internal pemerintah. 

“Ini semua berat bagi kita, tapi syukurnya kita serentak se indonesia dan masih cukup baik karena kerjasama dinas dan masyarakat Tanjungpinang,” katanya.

Disela pertemuan audiensi bersama rekan PWI tanggal 25 April 2025 lalu,  Lis Darmansyah juga kembali mengajak para media agar selalu memberikan masukkan dan publikasi yang sehat, agar tidak tendensius semua menyalahkan bahkan menyudutkan kerja Pemerintah, dalam hal ini Pemko Tanjungpinang. 

“Saya paham pedagang kaki lima itu bagian pelaku  ekonomi, bukan itu saja mereka juga saudara kita, sama seperti kita saat ini adek beradek, kita sering jumpa satu kampung, pinang ini kecil semua dekat, tapi saling bantu, saling mencari kebaikan mungkin ini yang disebut sinergi, bantuan kawan kawan semua ini membuat saya dan dinas dinas bisa menjadi semangat untuk menata pinang lebih baik,” katanya

“Jadi memang mengejar pemasukkan ditengah defisit dari sisi restribusi, pajak, sewa menyewa aset, atau penciutan tunjangan bahkan trik lainnya sedang berjalan, kita bisa lewati ini bersama agar semua membaik, ” katanya.

Saat ini kita semua hadir ditengah kekurangan tapi bukan kekurangan menghambat kita berkarya, sabar ikhlas dan kerjakeras serta masukkan semua masyarakat, dukungan masyarakat ini membuat lapang.

Ibarat tata kota Tanjungpinang ini mirip dengan keluarga sederhana dimana anaknya semua sekolah tinggi dengan biaya besar, maka sang ibu dan ayah dalam hal ini walikota mencoba pengiritan, menekan hutang rumah tangga.. Yok Mangan ORA Mangan Kito Ngumpul, makan tak makan yang penting bersama, atau makanlah seadanya. 

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *