BINTANDAERAHEKONOMIPERISTIWA

Satgas Pangan Bintan Katakan, Kenaikan Harga Santan Karena Kelapa Gagal Berbuah

287
×

Satgas Pangan Bintan Katakan, Kenaikan Harga Santan Karena Kelapa Gagal Berbuah

Sebarkan artikel ini
Satgas Pangan Bintan saat melakukan monitoring terhadap ketersediaan kelapa dan santan di Pasar Barek Motor Kijang Kecamatan Bintan Timur.

REGIONAL NEWS.ID, BINTAN – Satgas Pangan Bintan mengatakan, terjadinya kenaikan harga Santan, akibat kelangkaan Kelapa yang disebabkan Kelapa petani di Bintan mengalami gagal buah atau dikenal dengan istilah “Ngantas” atau “Lawas.”

Hal itu dikatakan Satgas Pangan Bintan yang terdiri dari DKUPP Bintan, DKPP Bintan, Pejabat Otoritas Veteriner Bintan, dan Polsek Bintan Timur usai melaksanakan monitoring terhadap ketersediaan kelapa dan santan di Pasar Tradisional Barek Motor Kijang, Kecamatan Bintan Timur, Jumat (17/1/2025).

Kabid Perdagangan DKUPP Bintan, Setia Kurniawan, mengatakan, monitoring yang dilakukan, untuk menanggapi isu terkait lonjakan harga kelapa bulat dan santan di wilayah Kepulauan Riau (Kepri).

“Berdasarkan hasil monitoring, memang terjadi kelangkaan kelapa bulat yang berdampak pada kenaikan harga, baik Kelapa maupun Santan,” ujarnya.

Dari data yang diperoleh dari pedagang, Kenaikan harga Santan hingga mencapai Rp20.000 per kg hingga menjadi Rp35.000 per kg, terjadi sejak tiga bulan terakhir.

“Sejumlah pedagang mengatakan, penyebab utama kenaikan harga Santan ini, akibat kelangkaan Kelapa yang terjadi di Bintan,” jelasany.

Menurut keterangan pedagang, kelapa yang dijual di Pasar Barek Motor Kijang berasal dari petani lokal. Namun, saat ini, ketersediaan kelapa menurun karena para petani mengalami gagal buah yang dikenal dengan istilah “Ngantas” atau “Lawas.”

“Jadi, kelangkaan kelapa ini disebabkan gagal buah atau dalam istilahnya disebut ‘Ngantas’ atau ‘Lawas’,” jelasnya.

Tim Satgas Pangan ini juga menepis, jika isu kelangkaan kelapa disebabkan oleh ekspor. Ia mengatakan, berdasarkan data Ekspor tahun 2024, PT Bionesia Organic Foods (BOF) di Kawasan Industri Lobam Bintan memang melakukan ekspor dengan total 2.965.346,410 kgm, senilai 5.710.906,26 USD.

Namun, komoditas yang diekspor ini bukan merupakan kelapa mentah, melainkan kelapa olahan seperti “CC milk drink,” “CC water,” “CC cream,” dan “CC low fat milk.”

“Ekspor ini mencakup 10 negara, termasuk New Zealand, Bangladesh, Jerman, China, Singapura, Korea, Inggris, dan Australia,” katanya.

Selain itu, bahan baku kelapa yang digunakan PT BOF, bukan berasal dari Bintan, melainkan dari luar Provinsi Kepri, dan sekitar 30 persen merupakan Kelapa yang didatangkan dari Kuala Tungkal, Provinsi Jambi.

“Kemudian sekitar 70 persen lainya, dari Selatpanjang, Kabupaten Indragiri Hilir, serta Guntung, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau,” katanya.

Jadi, lanjut dia,. ekspor yang dilakukan perusahaan bukan kelapa bulat, dan bahan baku yang diolah pun bukan kelapa lokal. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kelangkaan kelapa di Bintan bukan karena ekspor, melainkan akibat ‘Ngantas’ atau ‘Lawas’,” tutupnya.

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *