KESEHATANNASIONALPENDIDIKANSEJARAH

10 Golongan Orang Tidak Boleh Minum Kopi, Siapa Saja?

60
×

10 Golongan Orang Tidak Boleh Minum Kopi, Siapa Saja?

Sebarkan artikel ini
Kopi jembatan khas Kijang, Kabupaten Bintan, Kepri.

REGIONAL NEWS.ID, JAKARTA – Kopi merupakan salah satu minuman yang banyak digemari masyarakat. Hal itu karena kopi bisa dijadikan minuman dingin ketika cuaca sedang panas, ataupun sebaliknya saat cuaca dingin, kopi bisa disajikan dalam keadaan hangat atau panas. Meski begitu, sejumlah kelompok orang sebaiknya tidak meminum kopi. Hal itu dikarenakan kandungan yang ada di kopi bisa memicu masalah kesehatan atau memperparahnya. Lantas, siapa saja yang sebaiknya menghindari mengonsumsi kopi?

Kelompok orang yang sebaiknya membatasi minum kopi Dihimpun dari berbagai sumber, berikut kelompok orang yang sebaiknya membatasi minum kopi:

1. Penderita glaukoma

Ahli gizi Angel Planells mengungkapkan, penderita glaukoma sebaiknya menghindari minum kopi. Glaukoma merupakan  kondisi berupa kelainan yang terjadi karena adanya kerusakan saraf mata.

Tekanan intraokular (tekanan cairan bola mata) dapat meningkat pada penderita glaukoma ketika mengonsumsi kopi. “Sehingga dianjurkan untuk membatasi (atau) menghindari asupannya, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan,” kata Planells dikutip dari EatThis.

Bagi yang sudah mempunyai kecenderungan peningkatan tekanan pada mata, minum kafein dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko glaukoma.

2. Orang dengan kandung kemih aktif dan mudah kencing

Orang yang mempunyai kandung kemih terlalu aktif alias mudah buang air kecil, sebaiknya juga tidak minum kopi.

Hal tersebut terutama berlaku bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan dalam jarak cukup jauh. “Kita semua tahu yang terbaik adalah menghindari secangkir kopi besar sebelum perjalanan panjang, terutama jika istirahat kamar kecil terbatas. Asupan kafein dapat meningkatkan frekuensi urin,” kata ahli diet Sue Heikkinen.

3. Penderita aritmia jantung

Mereka yang menderita aritmia jantung, atau kondisi di mana detak jantung tidak teratur, sebaiknya hindari minum kopi. Menurut ahli diet Kelli McGrane, kafein yang terkandung di dalam kopi dapat memperparah kondisi tersebut.

“Karena kafein dari kopi dapat menyebabkan peningkatan sementara tekanan darah dan detak jantung, penting bagi siapa saja dengan kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan mereka tentang jika / berapa banyak kopi yang aman dikonsumsi,” ujarnya.

4. Ibu hamil

Bagi ibu yang sedang mengandung atau hamil, disarankan untuk membatasi atau tidak mengonsumsi kopi terlebih dahulu. Hal tersebut dikarenakan kafein yang menjadi kandungan utama kopi, dapat meningkatkan risiko keguguran.

Sementara itu, The American College of Obstetrics and Gynecology merekomendasikan wanita hamil untuk membatasi kafein hingga 200 miligram (dua cangkir kopi) setiap hari. Hal itu untuk meminimalkan risiko keguguran, persalinan prematur, dan berat badan lahir rendah.

“Namun, tinjauan tahun 2020 yang diterbitkan dalam British Journal of Medicine menyimpulkan bahwa tidak ada tingkat asupan kafein yang aman selama kehamilan,” tutur Heikkinen.

Oleh karena itu, Ia menegaskan kepada ibu hamil untuk mendiskusikan asupan kafein mereka dengan dokter.

5. Ibu menyusui

Lebih lanjut, Planells menyampaikan bahwa ibu menyusui juga disarankan untuk tidak meminum kopi terlebih dahulu. Sebab asupan kopi dapat menyebabkan seorang ibu mengalami dehidrasi, terlebih harus menyusui anaknya.

“Karena kafein adalah stimulan dan diuretik, kekhawatirannya adalah bahwa ibu menyusui mungkin berisiko mengalami dehidrasi,” jelasnya.

6. Penderita masalah kecemasan

McGrane mengungkapkan, kafein adalah stimulan yang dapat memperburuk kecemasan pada beberapa individu.

“Jika Anda secara teratur mengalami kecemasan atau serangan panik, Anda mungkin ingin mempertimbangkan untuk menghindari atau mengurangi asupan kopi berkafein Anda,” kata dia.

Sebuah studi menemukan, kadar kafein yang lebih tinggi sekitar lima cangkir per hari, berpotensi menyebabkan serangan panik pada penderita kecemasan.

7. Penderita epilepsi

Mereka yang menderita epilepsi, direkomendasikan untuk tidak konsumsi kopi. Epilepsi adalah kondisi seseorang mengalami kejang berulang dan bersifat kambuhan. Planells menjelaskan, sebuah penelitian mencatat bahwa konsumsi kopi secara rutin berkaitan dengan peningkatan frekuensi kejang.

“Namun, masih diperlukan lebih banyak penelitian,” kata Planells. Oleh karena itu, pertimbangkan untuk berbicara dengan ahli saraf tentang asupan kafein jika menderita epilepsi.

8. Orang dengan gangguan tidur

Heikkinen menuturkan, kopi dapat memperparah kondisi orang yang mempunyai gangguan tidur. Hal itu terutama jika meminumnya sebelum tidur.

“Dapat dimengerti jika Anda ingin minum secangkir kopi (atau lebih) setelah tidur malam yang kurang nyenyak, namun kebiasaan minum kopi Anda dapat melanggengkan siklus tidur yang kurang nyenyak dan kelelahan,” terang Heikkinen.

“Bahkan jika Anda tidak berpikir bahwa kopi sore Anda memengaruhi tidur Anda, hal itu memang dapat memengaruhi kualitas tidur. Hindari kafein setidaknya enam jam sebelum tidur, seperti yang direkomendasikan oleh Slee

9. Penderita diare

Heikkinen menerangkan, penderita diare sebaiknya tidak mengonsumsi kopi terlebih dahulu hingga permasalah tersebut selesai.

“Beberapa orang bersumpah dengan secangkir kopi pagi mereka untuk ‘melancarkan buang air besar’, tetapi efek ini tidak diinginkan jika Anda sedang mengalami diare,” ucap Heikkinen.

“Kopi tanpa kafein mungkin tidak terlalu bermasalah, meskipun cairan panas, secara umum, cenderung merangsang usus,” imbuhnya.

10. Penderita GERD

Orang yang mempunyai penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD), sebaiknya juga hindari minum kopi. Adapun GERD tersebut terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan. Biasanya GERD ini bersifat kambuhan atau terjadi secara berulang-ulang.

Sementara kopi yang memiliki kandungan utama kafein, dapat melonggarkan sfingter esofagus, ini merupakan katup antara kerongkongan dan perut.

“Hal ini dapat menyebabkan isi lambung yang bersifat asam masuk ke kerongkongan, sehingga menimbulkan gejala GERD yang tidak nyaman,” jelas Heikkinen.

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *