Rahmad Nasution
Kalau melihat visi, misi dan program yang digelar berbagai Calon Kepala Daerah (Cakada) peserta Pilkada diberbagai media, kita bisa terkesima. Hampir semua paslon Cakada menawarkan solusi jitu memperbaiki nasib daerah.
Namun, coba bandingkan visi, misi dan program antara satu Cakada dengan yang lain. Meski sampul politiknya berbeda, namun kalau dicermati, sesungguhnya tidak ada perbedaan yang mendasar.
Semuanya sama-sama berbicara tentang kesejahteraan masyarakat dan penyediaan seragam sekolah gratis, pembangunan SDM unggul dan layanan kesehatan yang baik hingga pendidikan gratis, bantuan sosial dan seterusnya. Itupun, tidak ada penjelasan secara rinci bagaimana visi, misi dan program tersebut di implementasikan.
Oleh karena itu, pemilih harus berhati-hati. Jangan mudah terpukau dengan visi, misi dan program yang disampaikan Cakada.
Alasannya sederhana.
Pertama, sepertinya tidak ada hal yang baru dengan program-program yang ditawarkan oleh masing-masing Cakada. Sebagian besar hanya bersifat jargon semata. Sebagian lainnya juga bisa ditemukan dalam buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah atau tulisan-tulisan pakar di bidangnya.
Kedua, tidak semua program-program tersebut dapat dengan mudah diukur tingkat keberhasilannya. Misalnya, janji pembangunan dimana harus di kritisi dengan pertanyaan apa dampak positif dan negatif bagi masyarakat.
Lalu berapa banyak tenaga kerja yang bisa terserap? Berapa lama implementasinya? Lagipula, banyak variabel di luar kontrol Cakada dan partai pengusung maupun pendukung yang turut serta mempengaruhi keberhasilan program-program yang mereka tawarkan.
Ketiga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga survey, tidak akan ada Cakada yang dapat memperoleh suara mayoritas. Perolehan suara maksimal yang mungkin diperoleh Cakada hanya di kisaran 30-40% saja.
Hal ini berarti tidak akan ada Cakada yang mampu mengimplementasikan program yang mereka tawarkan tanpa sokongan kuat partai politik pendukung maupun pengusung. Semuanya akan terpaksa berkoalisi. Oleh karena itu, percuma menggantungkan harapan dari program-program yang ditawarkan oleh Cakada.
Apakah berarti Cakada tidak perlu menawarkan visi, misi dan program mereka? Hal itu tetap penting. Bagaimanapun juga membuat suatu perencanaan lebih baik daripada tidak membuat perencanaan sama sekali. Namun, sekali lagi, pemilih akan kecewa kalau hanya melihat dari perspektif itu saja.
Pemilih harus melihat kapabilitas dan kualitas Cakada. Percuma menawarkan visi, misi dan program yang menjulang setinggi langit kalau ternyata Cakada dirasa kurang memiliki kemampuan yang memadai untuk mengimplementasikan visi, misi dan program dimaksud.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan rekam jejak (track record) Cakada. Pemilih harus dapat menilai kemampuan Cakada atau aktivitas sosial mereka yang relevan.
Bayangkan saja, bagaimana mungkin menggantungkan harapan kepada Cakada yang berbicara tentang pendidikan, kalau misalnya dia tidak pernah sekalipun terlibat dalam aktivitas pendidikan atau setidak-tidaknya pernah membuat tulisan atau penelitian tentang pendidikan.
Apalagi kalau ternyata, latar belakang pendidikan dan pekerjaannya sama sekali tidak berkaitan dengan bidang yang mereka kampanyekan.
Untuk itu, kalau Cakada punya itikad baik, seharusnya mereka mau mengumumkan secara rinci hulu ke hilir serta proses mengimplementasikan seluruh visi misi yang mereka tawarkan, baik program jangka pendek menengah, maupun panjang supaya pemilih dapat menilai apakah Cakada benar-benar pasangan manusia dengan kapabilitas dan kualitas yang mencukupi untuk merebut suara masyarakat.