BINTANDAERAHEDITORIALSEJARAH

Mohd Amin Tuding Raja Malik Amnesia Sejarah: Kalau Bukan Penduduk Asli Bintan Takkan Tahu Sejarah Hang Tuah

1783
×

Mohd Amin Tuding Raja Malik Amnesia Sejarah: Kalau Bukan Penduduk Asli Bintan Takkan Tahu Sejarah Hang Tuah

Sebarkan artikel ini
Zuriat Laksamana Hang Tuah, Mohd Amin, Asyim Sofyan dan Peneliti sejarah Nuri Che Shiddiq memberikan penjelasan sejarah Hang Tuah dan pulau Bintan, Rabu (19/6).

REGIONAL NEWS.ID, TANJUNGPINANG – Dalam sebuah simposium Raja Malik memperkenalkan Mohd Amin dan Asyim Sofyan selaku zuriah keturunan Laksamana Hang Tuah. Namun tidak lama setelah itu, telah pula menunduh keduanya bukan keturunan Hang Tuah.

“Kami kurang mampu untuk menggali jalan pikiran Raja Malik, atau barangkali beliau berpendapat demikian karena tidak diajak dalam Pameran Laksamana Hang Tuah di Melaka tempo hari,” sebut Mohammad Amin, Rabu (19/6).

Seharusnya kalau dia mau turut serta sampaikan pada kami, supaya kami mempersiapkan tiket dan akomodasi untuknya. Jangan karena tak disertakan lantas membuat kegaduhan dengan argumentatasi sentimen.

Mohd Amin mengungkapkan kami pernah berada dalam sebuah tim penulis yang sama, namanya Ekspedisi Bintan, saat itu kami diminta orang tua kami Rida K Liamsi membuat sebuah tulisan jejak sejarah Laksamana Hang Tuah.

“Memang waktu itu kita percayakan Raja Malik sebagai Ketua Tim Ekspedisi, beranggotakan saya, Asyim Sofyan dan Nuri Che Shiddiq. Bahkan kegiatan itu disaksikan datuk Huzrin Hood dan Sekretaris LAM Bintan masa itu. Kegiatan itu bukan untuk main-main, masa kami berbohong dihadapan para tokoh dan orang tua kami,” ujarnya.

Amin mengatakan yang amnesia sejarah bukan kami tapi Raja Malik dan kawan-kawannya. Karena saat ekpedisi Bintan, bahkan dalam seminar Raja Malik terang terangan mengatakan dihadapan ramai orang bahwa saya dan Asyim merupakan zuriat Laksamana Hang Tuah.

“Masa dia lupa dengan ucapannya sendiri, sebenarnya kami tidak ingin melakukan perdebatan atau berselisih tentang sejarah atok moyang kami dengan siapapun. Kalau ingin mengetahui tentang sejarah Laksamana Hang Tuah mari datang ke Bintan dan ketemu dengan kami,” tutur Amin.

Sekedar memberikan informasi dan pemahaman, peran serta kami dalam pameran Laksamana Hang Tuah di Melaka adalah untuk membuka mata dunia bahwasanya sejarah tentang Hang Tuah berikut benda-benda bersejarah peninggalannya ada pada kami di Bintan 

“Bintan tanah betuah, jangan dzalimi kami dengan perkataan-perkataan yang membuat kami kecewa, menggores nurani dan martabat kami sebagai zuriah Hang Tuah,” pintanya.

Kami juga berharap Raja Malik jangan banding-bandingkan garis keturunannya dengan kami, karena itu tidak akan bisa sama. Moyang saya 135 tahun, dia punya anak saudara Adi atau Latif sudah punya 4 sampai 5 generasi baru dapat anak, jadi kalau mau dicari generasi Hang Tuah zuriah ke-16 ada, bahkan ke-17 pun ada di Bintan.

“Generasi kami, moyang saya atau bapak saya lahir tahun 1942. Atok saya yang bernama Rahmat zamannya sama pada masa presiden Soekarno. Moyang saya dapat atok saya (tok haji abdul latif) berusia hampir 100 tahun lebih, bahkan dapat anak yang terakhir kali bernama Sena sudah berumur 120 tahun,” ungkap Amin.

Sebenarnya kami tidak ingin mengungkapkan fakta sejarah tentang garis keturunan kami. Kalau mungkin masalah generasi, bisa saja disebabkan karena cepat menikah. Bahkan adalagi keturunan daripada Haji Latif adalah Abdul Muthalib yang keberadaannya di Arab sana.

“Kami tidak ingin membuka silsilah, karena itu ilmu bagi kami, ilmu kami orang Bintan. Makanya dulu atok, bapak kami tidak mau menceritakan tentang garis keturunannya, karena itu batang tubuh mereka,” sebut Mohd Amin.

Kami tidak mau sombong, kalau seandainya mau kami inshaa allah bisa membangkitkan asal kami. Jangan keterlaluan mengupas sejarah tentang Hang Tuah, kami tidak ingin menceritakan zuriah maupun silsilah ini kepada orang diluar Bintan, pungkasnya.

Peneliti sejarah Melayu Bintan, Nuri Che Shiddiq mengatakan kalau bukan orang asli Bintan, dan bukan yang belajar ilmu kebatinan di Bintan tidak mungkin akan menguasai informasi tentang sejarah Bintan.

“Mohon maaf Vivien Lee orang cina, tak mungkin dia dapat menggali informasi dari orang Bintan secara sempurna. Apalagi yang bersangkutan non muslim. Jadi sangat tidak mungkin Raja Malik dapat informasi yang akurat dari Bintan jika menggunakan parameter hasil penelitian semata,” kata Nuri.

Kemudian, berdasarkan rekaman video Raja Malik mengatakan saat datang berziarah ke makam Laksamana Hang Tuah tiba-tiba dibuatkan video, dengan tegas saya mengatakan informasi itu adalah bohong, sambungnya.

“Raja Malik dan kami pernah di dalam sebuah tim yang sama, yaitu tim peneliti dan penulis sejarah Bintan. Lantas mengapa dia mengubah haluan cerita dan menambah narasi-narasi berita menjadi kontradiktif,” sebutnya

Nuri mengatakan padahal waktu dalam tim ekspedisi Bintan, dia sudah kami tinggikan seranting, kita majukan selangkah terakhir dia buat kami jadi seperti ini.

“Di depan mata saya Irwanto orang dinas kebudayaan memberikan uang 5 juta sebagai honorarium tim, jadi tidak ada yang secara tiba-tiba, semua yang dikerjakan tim ekspedisi waktu itu sudah berdasarkan arahan dan kesepakatan bersama,” pungkasnya.

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *