REGIONAL NEWS.ID, TANJUNGPINANG – Tingginya harga berbagai kebutuhan pokok menyebabkan daya beli masyarakat menurun drastis. Pelaku usaha, ibu rumah tangga dibuat pusing karena harus merogoh kantong lebih dalam.
“Apa-apa sekarang serba mahal, mulai dari beras, cabe, ikan dan sayuran. Sekarang semuanya serba mahal. Saya berharap pemerintah mendengarkan kami-kami ibu rumah tangga,” kata Farida di Tanjungpinang.
Ia mengatakan kami paham Tajungpinang bukan sebagai daerah penghasil, karena kota ini tidak memiliki sawah dan ladang. Dari luas wilyah Kepri mungkin hanya 3 sampai 5 persen yang digunakan untuk sarana perkebunan.
“Banyak faktor yang menyebabkan harga barang pokok membumbung tinggi, salah satunya biaya transportasi atau biaya pengangkutan,” kata Farida.
Sementara, Kadisdagin Kota Tanjungpinang Riany mengatakan harga cabai setelah dilakukan peninjauan harganya bervariasi, baik cabai merah maupun cabai nano nano.
“Variasi harga ini terjadi karena mereka mengambilnya juga bervariasi. Langkah pertama, kami tidak ingin harga cabai tinggi. Bahkan ada wacana dari kepala daerah mungkin kita akan mengusahakan subsidi untuk menekan harga agar tidak tinggi dan keseragaman harga dari para distributor di Tanjungpinang,” ujarnya, dilansir dari Harian Memo Kepri, Rabu (1/11/2023).
Menurut Riany, pihaknya sudah menjaga stabilitas harga dari pedagang dari sisi harga dan membangun komunikasi bersama dengan pedagang.
“Selama ini Tanjungpinang walaupun bukan daerah penghasil tapi inflasi dalam kategori rendah,” kata Riany.
Ia menambahkan meningkatnya harga cabai disebabkan produksi terbatas karena faktor cuaca, terlebih lagi memasuki musim penghujan.
“Produksi terbatas karena cuaca, bisa karena gagal panen dan banyak hal. Apalagi kondisi pancaroba cuaca dibulan oktober, november hingga desember,” terangnya.
Rahmad Nasution, Pengamat Kebijakan Strategis Daerah mengatakan berdasarkan hasil peninjauan di Pasar Bintan Center harga cabai berkisar mulai Rp70 ribu, Rp68 ribu. Dan Rp74 ribu dan Rp95 ribu khusus cabai nano nano.
Situasi ini berpotensi memicu inflasi. Ketika inflasi terjadi maka pemerintah dianggap gagal dalam menumbuhkan perekonomian di daerah. Cari solusi terkait kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut,” paparnya.
Masyarakat terus menerus mengeluh dan terbebani namun solusi tak kunjung diberikan oleh instrumen daerah yang diberikan hak dan kekuasaan mengatasi persoalan ini. Jangan hanya sidak dan sidak tapi tidak memberikan manfaat dan solusi untuk masyarakat,kata Rahmad.
“Memang bapak ibu terlihat bekerja dan selalu turun kepasar, namun sampai sekarang harga berbagai kebutuhan pokok tetap saja merangkak naik,”ujarnya.
Rahmad mengatakan coba bapak dan ibu dengarkan apasaja keluhan para distributor yang mensuplai barang pokok. Apa yang sudah pemerintah lakukan untuk para distributor?.
“Pernah kah pemerintah memberikan subsidi ketika tingginya harga pengangkutan yang harus ditanggung para distributor barang pokok?,”kata Rahmad.
Yang dibutuhkan masyarakat sekarang ini barang-barang pokok tersedia dengan harga terjangkau dan bukan sensasi ataupun motif-motif lain yang tidak membawa manfaat bagi mereka ,”tuturnya.