
REGIONAL NEWS.ID, BATAM – Solidaritas aksi ribuan masyarakat ikut menolak relokasi 16 kampung tua dan masyarakat Pulau Rempang Galang berakhir bentrok dengan petugas keamanan di kantor BP Batam, Senin (11/9/2023).
Massa aksi berhasil memasuki area Kantor BP Batam dan melemparkan benda-benda keras seperti batu, kayu, dan besi ke Gedung. Akibatnya, banyak kaca kantor yang pecah dan berserakan di lantai. Pagar Kantor BP Batam juga tidak luput dari kerusakan dan sebagian besi-besi bagian tengahnya raib.
Aparat kepolisian yang bertugas di lokasi mencoba membubarkan massa aksi dengan menggunakan gas air mata dan water cannon. Namun, tidak membuat massa aksi mundur. Demonstran malah membalas dengan melemparkan batu, air mineral, besi, dan kayu ke arah polisi.
Bentrokan massa aksi dan polisi terjadi selama beberapa jam hingga akhirnya massa aksi meninggalkan Kantor BP Batam. Mereka bubar ke dua arah, Hotel Harmoni One dan Masjid Agung Batam.
Sebelum bentrokan pecah, Kepala BP Batam Muhammad Rudi sempat berdialog dengan massa aksi. Namun, dialog itu gagal karena massa aksi tidak puas dengan penjelasan Rudi.
Rudi mengatakan bahwa masalah Rempang adalah kebijakan dari Pemerintah Pusat dan BP Batam hanya sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Pusat.
Rudi juga mengatakan bahwa pada aksi sebelumnya dia sudah mengajak perwakilan warga untuk bertemu langsung dengan Pemerintah Pusat.
Ribuan massa aksi menuntut lima hal dalam unjuk rasa ini, diantranya:
1. Menolak penggusuran 16 Kampug Tua di Rempang-Galang.
2. Mendesak Polri membubarkan posko terpadu yang didirikan di Rempang.
3. Menghentikan intimidasi dan kekerasan terhadap warga.
4. Menuntut Presiden Jokowi membatalkan penggusuran 16 Kampung Tua, serta mencopot Muhammad Rudi sebagai Kepala BP Batam.
5. Membebaskan warga Rempang Galang yang di tahan tanpa syarat.