INTERNASIONALPENDIDIKAN

Annemarie Schimmel, Sarjana Pertama Studi Islam

186
×

Annemarie Schimmel, Sarjana Pertama Studi Islam

Sebarkan artikel ini
https://en.qantara.de/

REGIONAL NEWS.ID, BERLIN — Sarjana terpandang pada studi Islam di Jerman, Annemarie Schimmel, pada tahun ini akan berusia 100 tahun. Dalam komunitas akademik Jerman dan internasional pada masanya, karya perintis Schimmel ditandai dengan kecintaannya pada Islam.

Annemarie Schimmel adalah wanita pertama yang memfokuskan dirinya pada studi Islam, tidak hanya di Jerman tetapi juga di seluruh dunia dalam menyampaikan beberapa gagasannya. Namun peringatan 100 tahun kelahirannya pada 7 April 2022 berlalu tanpa disebutkan.

Hal itu disampaikan oleh Stefan Weidner, seorang penulis dan sarjana studi Islam, yang menyampaikan pandangannya tentang Schimmel melalui laman Qantara. Weidner sendiri adalah pengagum Annemarie Schimmel karena kegigihannya. Dia membuat jejaknya di bidang akademik yang didominasi oleh pria dan menjadi lebih terkenal daripada mereka semua.

“Dia berbicara tentang semua penghinaan kecil yang harus dia derita dalam prosesnya dalam otobiografinya, Mein west-oestliches Leben (Kehidupan Barat-Timurku), yang diremehkan kehadirannya dan namanya, misalnya, oleh orang-orang yang memanggilnya ‘Nona’, ‘Schimmelin’, ‘Cemile’ dan ‘Jamila’,” kata Weidner.

Schimmel sebagai mahasiswa di Berlin selama perang, sangat terhubung dengan dunia studi Oriental Jerman. Dia memperoleh gelar doktor pada 1941 pada usia 19 tahun. Tentu tidak terbayangkan pada sekarang ini. Kemudian pada Maret 1945, di tengah kekacauan akhir perang, Schimmel menyerahkan tesis postdoctoralnya. Namun baru pada 1961 dia dianugerahi posisi akademis di Bonn yang memberikan status seperti yang seharusnya dia miliki.

Menurut Weidner, Annemarie Schimmel adalah wanita pertama yang mengambil posisi sebagai sarjana studi Islam. Sebab, sangat langka untuk menemukan wanita yang berkiprah di bidang tersebut. Karena faktanya, dari puluhan terjemahan Alquran ke dalam bahasa Eropa, baru belakangan ini saja terjemahan oleh wanita telah diterbitkan. Satu oleh Angelika Neuwirth, dan satu lagi oleh Angelika Neuwirth. Kemudian Lamya Kaddor dan Rabea Mueller.

Kemunculan pertama kali Annemarie Schimmel sebagai sarjana studi Islam menjadi pintu bagi wanita lain untuk belajar Islam. Dengan kata lain, Schimmel menormalkan wanita yang belajar Islam. Generasi berikutnya melahirkan banyak ahli studi Islam perempuan yang signifikan dan mereka mereka semua dapat dilihat sebagai pewaris warisan Annemarie Schimmel.

Schimmel adalah salah satu yang pertama dan salah satu dari sedikit orang di generasinya yang menaruh minat pada dunia Muslim kontemporer. Bukan sebagai bahan penelitian filologis yang mati atau sebagai masalah politik dan sosiologis, tetapi dengan antusiasme terhadap sastra kontemporernya.

Pada awal 1975, Schimmel menerbitkan sebuah antologi puisi Arab kontemporer yang diterjemahkan. Dia tidak pernah menganggap teman dan kenalannya dari Arab, Turki, Iran atau Pakistan hanya sebagai pemberi informasi. Apalagi sebagai objek penelitian antropologis, etnologis, sosiologis atau politik, seperti yang masih dilakukan banyak orang hingga hari ini.

“Schimmel melepaskan jarak yang memisahkan banyak orang di bidangnya dari subjek penelitian mereka. Jarak yang sering disebut-sebut perlu untuk mempertahankan ‘objektivitas’ dan dengan demikian berdiri tegak di atas orang lain pada masanya,” katanya.

“Saya iri padanya karena telah hidup dan bekerja hampir tanpa bertanya dan secara alami dalam konteks ini. Melihat karya Annemarie Schimmel satu abad setelah kelahirannya, ini adalah jurang yang harus kita coba rentangkan, jika kita ingin masa depan bersama yang layak dijalani. Saya tidak dapat memikirkan persiapan yang lebih baik daripada membaca Annemarie Schimmel,” papar Weidner.

Sumber: https://en.qantara.de/content/women-and-islamic-studies-annemarie-schimmels-pioneering-take-on-islam

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *