DAERAHEKONOMIOPINITANJUNGPINANG

Telisik Putaran Uang di Pasar Bincen, Antara Kebutuhan Perut dan Sewa Selangit, Siapa Untung?

289
×

Telisik Putaran Uang di Pasar Bincen, Antara Kebutuhan Perut dan Sewa Selangit, Siapa Untung?

Sebarkan artikel ini
Potret suasana pagi pasar Bintan Centre Kota Tanjungpinang (foto diambil beberapa waktu silam)

REGIONAL NEWS.ID, TANJUNGPINANG –  Kebutuhan Pokok atau makan minum jika dilihat dari sisi ekonomisnya memang prospek besar karena jika tak makan, badan lemah, badan lemah tentu tak bisa kerja, nah untuk kerja perlu modal, salah satunya modal badan sehat dari asupan makanan.

Rantai ini pastilah berputar terus sampai kiamat nanti, putaran seperti poros bumi yang berputar di Pasar Tradisional, Supermarket, Warung bahkan Kedai Sembako.

Tak hayal, ada yang bilang untuk perut tak boleh berkira, tapi ketika dikira maka kebutuhan pokok perorangan/konsumtif per data BPS, Maret 2025 pada sensus setiap orang di kota Tanjungpinang ini menghabiskan sekitar Rp 40.000-65.000  per jiwa atau Rp. 100.000 per Keluarga untuk konsumsi, untuk kategori makan sederhana memenuhi aturan gizi.

Angka ini cukup seksi jika di kalikan dengan jumlah penduduk di satu wilayah saja, misalkan Tanjungpinang Timur, sekitar 83.258 KK berdiam di kecamatan ini, tersebar di 5 kelurahan.

Bisa di kalkulasikan berapa angka kebutuhan layak pangan itu berkisar Rp. 835 juta perhari dikonversikan sebulan menjadi Rp. 240 miliar perbulan.

Angka ini masih batas bawah, nah muaranya kemana pengeluaran ini tentu kepasar, dimana satu satunya pasar produktif, yakni Pasar Tradisional Bintan Center yang terletak dikawasan Batu 9.

Kawasan ini memang miliki pasar pilihan alternatif seperti pasar puan Rahma dan Pasar Cendrawasih, Pasar Tani namun pasca diresmikan Pasar-pasar ini tak bertahan dan sepi pengunjung.

Pusaran Uang Konsumsi Rakyat di Pasar Bintan Center (Bincen)

Sejak didirikannya pasar di kawasan perkembangan baru kota Tanjungpinang di Tahun 2000 lalu, kemudian di resmikan oleh Pemko Tanjungpinang pada tahun 2003 pasar ini semakin hari semakin ramai pengunjung dan pedagang.

Tampilan pasar yang strategis dengan bangunan dikelilingi kios, dan kawasan pertokoan memiliki hamparan parkiran yang cukup luas, kawasan pasar tradisional ini saja luasnya mencapai 2342 M2, melingkupi 100 kios dan kurang-lebih 200 lapak, dimana lapak ikan/daging /ayam separuhnya dan sisanya lapak sayur mayur cukuplah menampung warga Tanjungpinang Timur bahkan masyarakat Kabupaten bintan berbelanja disana.

“Sejak saya pindah dikawasan hanglekir, saya tak lagi ke pelantar KUD atau Pasar KUD berbelanja, cukup disini,” kata Sari (45thn).

Alasan sama juga diuraikan nenek paroh baya Nurian yang menyebutkan lebih ringkas ke pasar Tradisional Bincen, apalagi saya sudah pindah dikawasan batu 16 sejak pensiun.

“Harganya juga tak mahallah, semua telah ada di Bincen, mau untuk kebutuhan harian bahkan untuk grosiran dan warung, tak jauhlah, lebih nyaman disini,” ungkapnya.

Angka kebutuhan bahan pokok pun sudah terjadi lengkap dan saat ini beberapa Bank unit milik BRI serta pengadaian hadir disini.

Sisi lain sejak berdiri 20-an tahun lalu, pasar tradisional Bincen jarang ditemui kejadian kriminal seperti jambret ataupun copet.

“Aman-aman saja kok, walaupun jam 12 siang pasar ini kadang sudah sepi, urai Ujang lagi.

Perhatian konsumen, apalagi kebiasaan ibu ibu rumahtangga selalu menghitung jumlah uang belanja, serta apa saja kebutuhan pokok yang akan dibawa pulang, berapa jumlah ikan, udang, atau ayam, berapa kilogram atau ons cabe dan perbawangan serta sayuran dan bumbu.

Mereka tidak menyangka ini sangat besar nilai akumulatif, dimana pasar kecil ini menerima pengunjung di akhir weekend mencapai 12.000 an pengunjung atau pembeli serta 5.000 an pembeli pada hari biasa.

Kepadatan pengunjung nampak pas hari besar lebaran lalu, dan hari besar perayaan lainnya, pasar sesak, lorong penuh dan parkir pun meluber hingga keluar jalurnya.

Perputaran uang rakyat untuk konsumtif ini pastilah ikhlas dikeluarkan karena buat kebutuhan makan minum meski akhirnya mencapai ratusan miliar perbulan.

Tanpa sadar itu uang habis mengalir dalam darah dan daging keluarga, nah sah sah saja profesi pedagang kawasan Bintan center jadi primadona, baik lapak maupun kios. 

Sehingga pasar ini yang awalnya sangat murah beranjak dari harga awalnya lapak Rp. 2 juta perbulan kemudian bonus gratis dimasanya ini sekarang melejit hingga puluhan dan ratusan juta.

“Bos kami menyewa lapak ikan, sekarang Rp.80 juta per lima tahun, tahun keempat sudah meski perpanjang lagi,” kata sari salah seorang anak buah lapak ikan berurai.

Saat ini tidak ada lagi bonus keringanan, tak mampu ya keluar dan ganti pedagang baru”.

Pengelolaan pasar yang di developeri Sinar Bahagia ini, agak ya sinar tak sebahagia para pedagang lapak, kian hari kian mengeluh persoalan sewa dan target jual beli merosot, meski pengunjung ramai.

“Saat ini kami meski kerja keras, tapi pasar ini kan hanya pasar pagi, kami masih membayar uang listrik Rp. 90.000 perbulan dan Uang kebersihan Rp. 100.000 perbulannya.

Akhirnya jumlah transaksi ratusan miliar perbulan ini, masuklah ke kas pengelola pasar lewat proses penyewaan lapak.

Tidak diketahui pasti apakah pasar Tradisional swasta ini, masih dikelola bersama Pemko Tanjungpinang dan developer.

“Rata rata kami bayar sewa ke developer Bu, untuk lapak ikan, dan kita upayakan terus lunas, sebab kalau tak lunas kita tak bisa jualan,”urai salah seorang pedagang ikan.

Bisa dihitung berapa pemasukkan developer dari penyewaan lapak ikan, jika total lapak seperti diatas.

Artinya pedagang lapak meski menyisakan setiap hari sekitar Rp.700 ribuan perhari untuk tabungan sewa lapak, kebersihan dan lampu, diluar gaji karyawan mereka.

“Apakah masih bisa untung dan tekejar pak? tanya saya kepada seorang anak muda pedagang ikan.

“Kalau ramai terus sih terkejar kak, tapi kesininya sepertinya susah, sebab pembeli dari cara belanja saja sudah pada ngirit, beli ikan yang murah dan itupun sedikit kalau tak ada langganan mungkin tak tercapai” katanya lagi.

Jenis ikan yang disenangi pembeli pasar Bintan center, Wan menguraikan ikan benggol, tongkol, kerapu, ikan layar, udang, sotong dan sesekali tamban.

“Harga ikan ini fluktuatif mulai dari Rp. 15.000-Rp. 25.000 perkgnya, saat ini musim terang agak mahal, tapi ketika ikan banjir murah juga kami jual kisaran Rp. 8.000-15.000 perkg, kenangnya.

Untuk mencapai pembayaran sewa lapak kisaran Rp. 6-10 juta perbulan ini, maka jual beli meski dinaikkan.

Yah namanya hukum dagang, kadang sepi kadang ramai, kita bisa naik omset jika yang kita jual banyak item dan lengkap, atau kita punya lapak lebih dari satu.

“Dulu awal awal saya punya 5 disini, saya tebar diujung kanan satu, ditengah dan di kiri, hasil penjualan lumayan,”katanya lagi.

Tapi sudah 10 tahun terakhir, saya jadi toke ikan pun sudah puluhan tahun, dengan naiknya harga lapak buat kewalahan juga, meski pasar ramai.

“Kita mati matinya ini, hitungan kasar meski menjual sekitar 100-125  kg ikan setiap hari, agar bisa nabung  buat sewa dan gaji karyawan serta makan keluarga kita”.

“Belum sewa gudang, ongkos transportasi dan sebagainya, jadi agak berat, kalau pasar sepi, maka kami tak dapat untung, hanya buat bertahan saja dalam  3 tahun ini, karena saya baru jalan 2 tahun, ungkapnya lagi.

Lalu lalang pembeli terlihat ramai memang pada pagi hari dan di weekend namun ketika hari kerja pasar ini terlihat sepi.

“Jika memungkinkan kami juga diperhatikan Pemko untuk di salurkan aspirasi kami soal sewa lapak ini, seperti juga kawan kawan kami yang berjualan diluar pasar.

Pedagang Gerombak dan Pengelolaan Sistem Perparkiran

Lain kisah pedagang pemilik kios dan lapak, lain pula keluhan para pedagang gerobakan.

Yah, namanya pasar tentu juga ada jajanan pasar, lihat saja gerobak gorengan, gerobak cilok, batagor, martabak, bubur sum sum, sate dan lainnya.

Kategori ini dibilang pedagang jajanan pasar, gerobakan, sebab para ibu jika belanja acapkali ingin membeli makanan atau jajanan dipasar buat oleh oleh untuk keluarga nya.

Makanan dijual itu sangat lezat, dan di hargai paling murah Rp. 5.000 -Rp. 15.000 perporsinya. 

“Enteng sih dikantong,kadang anak anak suka nitip belanjaan dan kemudian kita juga kadang capek keliling pasar pengen makanan dan minum juga, kata Rosna menyeruput cendol sumsum kesukaannya”.

Sambil minum siabang cendol bernama Ujang bertutur tentang keluhan penurunan omset.

“Ndak kek biasanya sih Bu, biasa kalau Minggu gini saya habis, pulang tinggal istirahat, sekarang mah tidak, masih ada sisa dan saya keliling lagi, kalau pasar sudah sepi,”katanya.

Pria Sukabumi ini telah berjualan sekitar 8 tahun di Pasar BIncen dan dia cukup bersyukur pelanggannya terus menantinya. 

Tetapi belakangan ini saya juga jadi kena iuran parkir, kami kena Rp 10.000 perbulan dan uang tegak diposisi jualan ini Rp. 50.000 perbulan.

“Dana ini dikutip oleh petugas parkir, ini imbas sejak pedagang sayuran yang mulai ramai beberapa bulan lalu diatas trotoar,”katanya lagi.

Dilanjutkannya kalau ada penertiban kami juga dibiarkan, tak dilindungi juga sama tukang parkir

“Mereka cuek aja, kalau ada penertiban,” keluhnya

Parkir di kawasan pasar ini lumayan ramai untuk setiap sudut, mulai kanan dan kiri, bagian depan dan belakang pasar sudah diisi petugas parkir dan tampaknya berbagi.

Tidak ada memang kertas restribusi parkir namun sekitar 20 an orang petugas parkir di pasar ini kadang menggunakan jaket petugas parkir.

Data sementara dilapangan untuk gerobakan jajanan pasar hampir 50 gerobak maka pendapatan di gerobak juga lumayan besar, capaian puluhan juta juga. 

Angka ini juga akan bertambah dengan parkir roda dua dan roda empat 

JIka Dirata-ratakan saja parkir kendaraan setiap hari ada 1000 motor maka Rp. 1 juta per hari akan masuk ke restribusi parkir, kemudian ditambah roda empat 

Peluang pendapatan rutin untuk restribusi pastilah dapat dipunggut dengan angka cukup signifikan.

Pendapatan ini adalah pendapatan sah, yang meskinya juga di jadikan Pemko Tanjungpinang dalam membenahi agar fasilitas dan kenyamanan pedagang dan pembeli bisa terwujud.

Dengan sistem pembayaran yang memang akurasi dan tepat, tidak melalui pungli. Mungkin ada baiknya pengelolaan parkir menerapkan parkir Mall dimana tercatat dan terakurasi dengan baik, sehingga menjadi mudah mengawasi dan mengukurnya bahkan evaluasinya.

Setidaknya gambaran pusaran uang real di aksi jual beli masyarakat untuk kebutuhan pokok tergambar jelas unsur hulu dan hilirnya, kita semua mengharapkan. kebaikan dan perbaikan, jika berdampak ke pada. semua maka miliaran rumah bisa didapat menjadi penghasilan asli daerah. Dan kemudian berefek pada penambahan kas yang bisa digunakan untuk kemaslahatan umat di kota Gurindam Tanjungpinang.

Dimana Tanjungpinang bukanlah kota memiliki Sumber Daya Alam yang tinggi, namun kita cinta kota ini, dan ingin hidup lebih maju dan baik dibanding kota lainnya, Ibukota Kepulauan Riau ini meski berpacu dibawah pemimpin yang gesit dan mumpuni.

Inilah sedikit kupasan real ekonomi diakhir April 2025, dibalik rencana di tutupnya Matahari deptstore dan kondisi UMKM yang kian menjadi favorit dibahas dimasa efesiensi.

‘Taklupa senantiasa bermunajad kepada tuhan agar kepayahan ini lekas berlalu”.

0Shares

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *