
REGIONAL NEWS.ID, TANJUNGPINANG – Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menggelar kegiatan “Ngopi Sore: Bincang Pariwisata Daerah Provinsi Kepri” pada Minggu (27/7), bekerja sama dengan Aliansi Gerakan Bersama (Geber) Masyarakat Kepri.
Kegiatan yang berlangsung dalam suasana santai ini menjadi ruang diskusi terbuka bagi pelaku wisata, mahasiswa, tokoh masyarakat, insan pers, serta perwakilan travel dan hotel untuk membahas tantangan dan peluang sektor pariwisata Kepri.
Acara ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Hasan, S.Sos., yang mewakili Gubernur Kepri. Dalam pemaparannya, Hasan menyoroti besarnya potensi ekonomi dari sektor pariwisata di Kepri, tercermin dari angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pariwisata yang mencapai Rp17 triliun. Namun, ia meluruskan bahwa angka tersebut bukan Pendapatan Asli Daerah (PAD), melainkan total perputaran uang dari aktivitas wisatawan di berbagai sektor pendukung seperti penginapan, transportasi, hiburan, ritel, hingga industri kreatif.
“Rp17 triliun itu bukan PAD, tetapi PDRB dari aktivitas ekonomi wisatawan yang masuk ke Batam, Bintan, dan daerah lainnya. Sayangnya, ini sering disalahpahami,” tegas Hasan.
Dari data yang dipaparkan, kontribusi terbesar berasal dari Batam sebesar Rp10,2 triliun dan Bintan Rp4,1 triliun. Sementara itu, Tanjungpinang hanya menyumbang sekitar Rp300 miliar, angka yang dinilai masih sangat rendah dan mencerminkan lemahnya perkembangan sektor pariwisata di ibu kota provinsi tersebut.
Hasan juga mengusulkan kerja sama dengan operator labuh jangkar sebagai peluang baru yang bisa digarap. Ia menilai, para pekerja kapal asing yang bersandar di perairan Kepri merupakan pasar potensial untuk wisata lokal. “Mereka bisa ditawarkan paket wisata seperti kuliner, belanja, dan budaya lokal. Ini potensi besar yang belum dimanfaatkan secara optimal,” ujarnya.
Koordinator Aliansi Geber Kepri, Said Ahmad Syukri, menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, forum semacam ini penting untuk menjaring gagasan dari berbagai elemen masyarakat. “Ini langkah positif, karena pariwisata Kepri tidak bisa berkembang tanpa sinergi antarsektor,” katanya.
Senada dengan itu, Hermansyah, perwakilan mahasiswa, menilai kontribusi pariwisata Tanjungpinang masih lemah karena kurangnya inisiatif pemerintah kota. Ia menyinggung potensi besar yang bisa dioptimalkan melalui kebijakan nasional seperti Perpres Nomor 1 Tahun 2024 dan program prioritas Asta Cita Presiden Prabowo. “Seharusnya kepala daerah lebih jeli menangkap peluang. Pemprov juga bisa mendorong Pemko untuk lebih inovatif,” ujarnya.
Kegiatan “Ngopi Sore” diharapkan menjadi momentum awal terbentuknya kolaborasi lintas sektor dalam memajukan sektor pariwisata Kepri. Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan generasi muda, Kepri diyakini mampu mengangkat potensi wisatanya menjadi tulang punggung ekonomi daerah.