
REGIONAL NEWS.ID, BINTAN – Rencana pembangunan Dam Estuari Teluk Bintan di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) akan berdampak sangat luas bagi kawasan sekitarnya.
Bukan hanya ratusan atau ribuan hektare (Ha) hutan bakau yang akan tenggelam dan punah. Ratusan hingga ribuan warga di sekitar waduk (dam) juga terdampak nyata.
Dampak kehilangan mata pencarian bagi yang berprofesi nelayan. Dan dampak kehilangan tempat tinggal bagi yang rumahnya di bibir pantai.
Karena waduk tersebut tingginya sekitar 1,5 meter – 2 meter dari permukaan air laut saat pasang tertinggi. Sebagaimana informasi yang diperoleh redaksi suarasiber.com dari berbagai sumber.
Adapun panjangnya sekitar 4 Km (3,867 meter) dari Tanjungsebauk, Kota Tanjungpinang hingga ke wilayah Desa Pengujan, Kabupaten Bintan.
Dam ini menampung air dari sungai sebanyak 251 juta m3, selanjutnya dilakukan desalinasi menjadi air tawar, dan pengolahan air menjadi air bersih sebesar 10.000 liter per detik.
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Triono Junoasmono dengan Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, sudah membahas Proyek KPBU Pembangunan dan Pengelolaan Estuary Dam di Teluk Bintan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air, Minum (1/8/2024).
Namun, hingga tulisan ini dirilis Plt Kadis PUPR Kepri, Rodyantari belum menjawab konfirmasi redaksi soal tinggi dan panjang Dam Estuarine Teluk Bintan.
Kades Tak Tahu Wilayahnya Akan Tenggelam
Meski proyek besar yang disebut Ansar Ahmad sebagai salah satu Program Strategis Nasional (PSN) seperti dirilis portal kepriprov.go.id (28/12 2024), yang berdampak sangat luas. Namun perangkat desa di wilayah yang akan ikut tenggelam justru belum tahu.
Seperti disampaikan Pj Kades Tembeling, Bintan, Abdullah saat dikonfirmasi terpisah. Menurut Abdullah dampak proyek dam itu akan mengakibatkan warganya yang nelayan akan kehilangan mata pencarian.
“Klau berapa banyaknya wilayah yg terdampak..sy blum tau bg,” jawab Abdullah melalui pesan WhatsApp.
Selain tidak tahu berapa luas wilayah yang terdampak (tenggelam), Abdullah juga mengatakan tidak paham dengan ketinggian dam.
Hal senada disampaikan Iman, Kades Bintan Buyu. Menurut Iman dia belum tahu seperti apa ilustrasi dam itu. Karena belum ada sosialisasim
“Kami belum tau pasti ilustrasi pembangunan nya seperti apa. Sampai hari ini belom ada sosialisasi secara berkala dan menyeluruh dari pihak pihak,” ucap Iman.
Sosialisasi rencana pembangunan dam sebetulnya sudah pernah dilaksanakan. Sebagaimana telah diberitakan batampos.id (2/11 2024).
Sosialisasi itu dilaksanakan perwakilan PT. Moya dengan masyarakat yang difasilitasi Polsek Teluk Bintan di aula kantor Camat Teluk Bintan pada Jumat (1/11/2024).
Proyek Baru Rasa Zaman Dulu
Informasi lain yang diperoleh, rencana proyek yang nantinya akan dijual untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Bintan, Kota Tanjungpinang dan Kota Batam ini dibuat berdasarkan rancangan rencana pembangunan dam Teluk Bintan tahun 1993 (saat masih Kabupaten Kepri).
Saat itu rencana pembangunan dam digagas untuk ekspor air bersih ke Singapura. Namun, perubahan rezim pemerintah dan krisis moneter tahun 1998 membuat rencana itu berakhir di lemari arsip.
Hingga 27 tahun kemudian terapung kembali dengan nama Dam Estuari Teluk Bintan. Proyek ini direncanakan mulai dibangun 2027. Selanjutnya air asin yang terbendung akan mengalami proses desalinasi selama 2 tahun untuk berubah menjadi air tawar.
Berdasarkan kejadian saat proses desalinasi dam Lagoi di awal tahun 2000-an, masa perubahan air asin ke tawar adalah proses yang sangat rawan dengan penyebaran malaria. Karena proses itu membuat air laut menjadi payau yang jadi komunitas nyamuk malaria.
Mengingat pentingnya proyek ini dan dampaknya yang sangat besar. Maka, keterbukaan informasi dan sosialisasi yang masif adalah mutlak. Agar tidak terjadi masalah seperti di Rempang dan Galang, Batam.